Kelabu

Kenapa aku begitu merasa sakit hati, pedih, hancur hnaya karena satu orang seperti dia.
Tak sedikitpunn dia merasa dan tak memberiku kesempatan untuk menanyakan kabarnya, padahal dia baru saja menghilang.
Aku sakit.
Hatiku sakit.
Aku seperti orang bodoh yang diperdaya oleh semuanya.
Semuanya hanya janji palsu belaka.
Tapi kenapa sejak awal aku begitu bodoh mau diperdaya olehnya?

Dia bukan segala-galanya,
Dia juga bukan lelaki satu-satunya di dunia ini.
Tapi kenapa dia yang aku pilih?
Kenapa dia menyia-nyiakan perasaanku?

Apa ada yang salah padaku?
Aku terus bertanya dalam hati.
Bukan kali pertama aku merasa tak berdaya seperti ini,
Aku ingin pergi dari sini.
Aku ingin menjauh dari semuanya.

Tapi aku tak bisa.

Ada perasaan kuat yang menahanku untuk tetap diam menunggunya.
Padahal aku tahu dia tak akan datang.
Ya, dia tak akan datang.

Semua harapan, semua impian, semua mimpi menjadi kenangan.
Entah itu kenangan indah atau kenangan buruk yang harus dilupakan.
Tapi yang pasti, aku sangat menyayanginya.

Segala egoku, segala keinginanku semua lebur dalam mimpi yang semakin hari semakin membuatku menghapakan dia datang.

Dia masih memanggilku ’syank’


Tapi tak satu pun dia memberiku kesempatan untuk berbicara padanya.

Aku menangis lagi.

Tak tahu harus berapa lama lagi aku merasakan kepedihan ini sendiri.

Aku benar-benar merasa tak berharga lagi.


Aku seperti awan yang gelisah mencari tempat untuk bernaung.
Aku seperti hujan yang tak tahu kapan harus berhenti berintik.
Aku sperti air yang tak akan berhenti mengalir.
Aku seperti hati yang terluka dan terus terluka.

Menunggu bukanlah hal yang menyenangkan.
Kesedihan, kepedihan, kekecewaan yang semakin lama semakin terasa.

Tak lagi merasakan detak jantung
Tak lagi merasakan hembusan nafas
Tak lagi merasakan aliran darah
Tak lagi merasakan hidup

Aku seperti mayat hidup yang berusaha mencari darah segar untuk kembali hidup ssungguhnya
Aku seperti mesin tua yang menunggu petugas untuk menghidupkan lagi
Aku seperti anak kecil yang merengek minta balon
Aku seperti wanita malang yang menunggu kepastian

Andai saja aku bisa mengatur semua daya yang ada di bumi ini,
Aku hanya ingin kan satu.
Bertemu dengannya dan mengatakan bahwa aku tak bisa hidup tanpanya.


Malang berawan, 26 januari 2009.

0 komentar:



Posting Komentar

Terimakasih sudah berbaik hati memberikan komentar. Percayalah bahwa kekayaan hati bermulai ketika kita membuat orang lain senang.
Luph u. Muah